Oleh : Nurul Hasanah
11 januari 2008, awal kisahku dimulai.
Membantu mengajar mengaji adik-adik TPA(Taman Pendidikan Al-Qur’an) adalah sebagian rutinitasku setiap sore. “adik-adik” ya, aku lebih suka menyebutnya seperti itu,agar terlihat lebih akrab. Ada yang berbeda sore itu. Ada seorang pemuda yang tak pernah kulihat sebelumnya, sedang duduk sambil membaca Al-Qur’an di TPA tempatku mengajar. Mungkinkah dia murid baru? Tidak mungkin, ia terlihat terlalu pintar untuk itu, ataukah ia ustadz baru? Entahlah yang pasti ia terlihat tampan dan berwibawa. Astagfirullah, mikir apa aku ini,hampir saja aku lalai akan niatku disini. yaRobb.. jauhkanku dari niat-niat yang bukan karna-MU.
Disela-sela kumengajar, aku merasa ada yang memperhatikanku. Kuberanikan diri untuk melihat sekelilingku, dan tanpa sengaja mata kami saling berpandangan. Seketika itu aku langsung tertunduk malu. Ya Allah.. aku merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Ingin rasanya aku cepat pulang,agar terhindar ku dari fitnah mata ini.
Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Saatnya adik-adik TPA pulang. Ada rasa bahagia bercampur sedih saat itu. Entah karena apa rasa sedih itu hadir, yang pasti rasa bahagia itu karena sebentar lagi aku terbebas dari perasaan tidak nyaman ini. Mungkin itu terlalu berlebihan, tapi memang itu yang aku rasakan. Sesudah adik-adik pulang, seperti biasa terlebih dahulu aku berpamitan dengan ustad-ustadzah yang ada.
“Ustad-ustadzah Ariny pulang dulu ya…” Sapaku.
“Kenapa buru-buru rin?” Jawab ustad firman,yang dimana beliau adalah ketua TPA disini.
Jujur sebenarnya aku ingin pulang,sebab pemuda itu masih disini. “Siapa si dia? Ada perlu apa dia disini?“. Namun karna aku sangat menghormati beliau, akhirnya akupun ikut duduk.
“Rin, ini Rizky keponakan saya yang baru lulus sarjana di Jakarta” Ucap ustad firman membuka pembicaraan.
“Ariny Sabilarrusyda nama yang indah, seindah orangnya” Kata pertama yang keluar dari pemuda itu.
Kata-kata yang membuat ustad-ustadzah tersenyum. Tapi tidak denganku. Dari mana ia tau nama lengkapku?. Bodohnya aku, dia kan keponakan ketua TPA, mudah baginya utuk tau nama siapapun yang ada di TPA ini yang ia mau, termasuk aku. Namun apa tujuanya ia berkata seperti itu?.
“Allahu akbar Allahu akbar” Alhamulillah suara adzan magrib telah terdengar. Itu artinya aku bisa pulang sekarang.
“Ariny pulang dulu ya ustad, sudah magrib Assalamu’alaikum” Pamitku sambil mencium tangan orang-orang yang sangat ku kagumi itu. “wa’alaikumslam” jawab mereka.
Seribu pertanyaan dibenakku tentang dirinya. Kenapa dia memperhatikanku sewaktu aku mengajar? Kenapa dia berkata seperti itu? Apakah dia suka denganku? Ah itu tidak mungkin, dia kan baru melihatku, masak sudah suka. Terlebih aku ini siapa sih kok PD banget berstatment seperti itu.
“nduk cepet brangkat sholat sana, sudah iqomah tu” Triak ibu.
“MasyaAllah.. lamunan itu membuatku lalai akan kewajibanku, maafkan hamba yaRobb…..Inggih bu Assalamu’alaikum” Sahutku sambil bergegas menuju masjid dekat rumah.
Keesokan harinya, aku sempat ragu untuk berangkat ke TPA, khawatir jika pemuda itu kembali ada.
“Mbak Arin…. Mbak Arin….” Seperti kenal suara itu. ‘Adik-adik TPA’ku’
“iya, kenapa sayang?” Jawabku dengan lembut.
“Ayo mbak ke masjid”
Astagfirullah apa yang ku pikirkan tadi? Aku sampai enggan ke masjid untuk mengajar hanya karna alasan yang tidak mendasar.
“ Iya sebentar lagi mbak Arin ke masjid, kalian tunggu dimasjid aja ya ”
“ Iya mbak, Assalamu’alaikum”
“ Wa’alaikumslam ”
Setelah berpamitan dengan ibu, akupun bergegas menuju masjid.
Ternyata sesuai dengan kekhawatiranku, pemuda itupun datang lagi. Dan lagi-lagi ia selalu memperhatikanku disela-sela aku mengajar. Itu kuketahui dari salah satu adik TPA yang mengatakan “Mbak Arin, mas yang itu ngeliatin mbak dari tadi” Sambil menunjuk ke arah pemuda yang mengenakan baju koko warna putih dan sarung motif batik. Ya, Itu pemuda yang sama. Aku hanya bisa beristigfar agar dijauhkan dari hal-hal yang dilarang agama. Kali ini aku diperbolehkan langsung pulang. Alhamdulillah.
“Rin hp’nya bunyi nak.
“Iya bu, sebentar”
“Hallo Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”
“Saya Rizky, inget tidak?”
“Rizky siapa?”
“Keponakannya ustad Firman, sekarang inget?”
“Oh iya, ada apa ustad?”
“Jangan dipanggil ustad, Rizky saja”
Perbincangan yang awalnya tidak kuinginkan, kini menjadi perbincangan yang menyenangkan. Cara bicara pemuda yang sekarang ku panggil ustad ini sungguh mengagumkan, pemahaman agamanya pun sungguh menakjubkan serta kesopanan tutur bahasanya membuatku tertarik padanya. Hus… mikir apa aku ini.
“Baiklah dek sudah dulu ya, maaf jika saya ada salah dalam pembicaran kita tadi” Kata orang disebrang telepon.
“Oh inggih ustad, saya juga nyuwun ngapunten sing katha” Jawabku dengan menggunakan logat bahasa jawa alus. Sebab menurutku, bahasa jawa alus atau yang biasa disebut kromo inggil terkesan lebih menunjukkan rasa hormat kita, khususnya bagi orang jawa.
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumslam”
Semenjak itu kita sering sekali berkomunikasi lewat handphone, baik itu hanya sekedar pesan singkat, maupun telpon. Sampai suatu hari ia pernah mengirim pesan singkatyang isinya
‘Ku ingin berta’aruf denganmu’
Seketika itu aku bingung harus jawab apa. Aku yang pada waktu itu masih duduk di bangku kelas 2 SMP, sedangkan ia yang sudah sarjana, ia yang 10 tahun diatasku, dan ia yang selama ini kukagumi sebagai kakakku, bagaimana bisa ia mengatakan seperti itu? YaAllah… tunjukkan jalanMU.
Hingga akhirnya kuputuskan aku tak mau membalas semua pesannya, aku tak mau angkat telponnya, dan aku tak mau menyapanya. Hingga akhirnya iya faham akan sikapku selama ini. Dan ini mungkin untuk terakhir kalinya ia mengirim pesan kepadaku
‘Assalamu’alaikum dek, mungkin ini terakhir kalinya aku mengatan aku sungguh mencintaimu, namun InsyaAllah kata-kata itu bukan terakhir dihatiku, bukan pula terakhir dalam do’aku. Maafkan segala kelancangan perasaanku terhadapmu. Wassalamu’alaikum’
YaAllah aku tak tau aku harus apa, ingin aku membalas pesan singkat ini, tapi aku harus balas apa?
Semenjak itu ia tak menghubungiku lagi, ia tak pernah ku lihat lagi, ia benar-benar menghilang dari kehidupanku. Kemana ia? Terakhir ku dengar dari pamannya ia sudah mendapat pekerjaan, sehingga ia tidak bisa ke TPA lagi.
Seharusnya aku bahagia, tetapi kenapa dengan perasaanku ini? Yang terasa hampa tanpa adanya dia. Apakah ini rasa kagum seorang adik kepada kakaknya? Kurasa bukan, ini semua lebih dari itu, lebih dari yang kurasakan dulu. Bahkan ada rasa menyesal telah membuatnya menghilang dari kehidupanku. Ada apa denganku? Apakah ini yang namanya cinta? Entahlah… aku tak pernah merasakan kehilangan seperti ini. Astagfirullah… Bimbinglah aku agar tetap lurus dijalanMU YaRobb..
Ramadhan tahun 2010
Kini aku telah terbiasa tanpanya, walau terkadang bayangnya masih ada. Rutinitasku kini kembali seperti aku yang dulu.
Dug… Dug…Dug…. Allahu akbar Allahu akbar..
Alhamdulillah sudah waktunya buka puasa. Setelah berbuka dengan ta’jil yang ada, aku bergegas menuju masjid dekat rumahku untuk menunaikan sholat magrib berjama’ah. Setelah sholat , waktunya ku berbuka dengan makanan berat.
Tak terasa suara adzan kembali memanggil umat islam untuk segaera datang ke rumah Allah. Menunaikan sholat isya dan sholat tarawih. Sholat yang hanya bisa dikerjakan pada bulan yang suci ini. Bergegas ku menuju rumah Allah kembali.
Bismillahhirrohmanirrokhim
Alhamdulillahhirobbil’alamin
Arrohmanirrokhim
Subhanallah indah sekali suara ini, siapa yang menjadi imam hari ini ya?
Selesai sholat tarawih 20 rakaat ditambah sholat witir 3 rakaat, aku bergegas keluar dengan tujuan inggin mengetahui siapa yang mempunya suara indah itu? Lebih tepatnya siapa yang menjadi imam hari ini?.
Subhanallah ustad Rizky? Apa aku tidak salah lihat? Ataukah aku hanya bermimpi? Kucubit tanganku sendiri, auh sakit.. ini bukan mimpi.
“senang bisa bertemu denganmu lagi dek”
MasyaAllah ia menyapaku. Kenapa lidahku keluh? Aku tak bisa apa-apa selain tersenyum. Sungguh ku tak tau bagaimana perasaanku saat itu, yang pasti semenjak kejadian itu pikiranku kembali diisi olehnya. Kini kekagumanku bertambah setelah mendengar suara indah yang ia miliki, dan bertambah lagi setelah mengetahui bahwa ia hafidz Qur’an.
Subhanallah jadikan kekagumanku adalah kekaguman karnaMU YaAllah.
Setelah itu aku dan ia tidak pernah bertemu kembali hingga saat ini. Namun sesekali ia sempat menghubungiku. Hal itu yang membuatku merasa masih istimewa dihadapannya. Tapi entahlah, apakah itu benar atau tidak. Saat ini kita dalam kesibukan masing-masing. Aku masih sibuk dengan sekolahku yang saat ini masih duduk di bangku kelas 2 SMA, dan ia yang sibuk dengan pekerjaannya sebagai guru bahasa arab di salah satu sekolah islam surabaya. Aku sudah terbiasa tanpanya, mungkin ia juga sudah terbiasa tanpaku. Jika kalian bertanya mengenai perasaanku, entahlah aku tak tau bagaimana perasaanku sekarang. Aku hanya mampu berdo’a dan menunggu takdir Allah yang berbicara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar